Dari Kerang hingga Kerajinan Kaca
Berbagai kerajinan itu dapat menjadi suatu cinderamata yang dapat dibawa pulang oleh wisatawan ketika mengunjungi Kota Tanjungpinang. Salah satu lokasi penjualan kerajinan kulit kerang terdapat di komplek makam Raja Ali Haji dan Engku Puteri, Pulau Penyengat.
Seperti yang dimiliki oleh Tuminah, warga asli Pulau Penyengat ini. Dengan hanya bermodalkan kios berdinding kayu serta beberapa meja dan rak, kerajinan kulit kerang asli buatannya dipamerkan.
Bermacam jenis kerajinan kulit kerang, yang dijual dikiosnya. Mulai dari hiasan meja, asbak rokok, kapal, dan hiasan dinding, semuanya terbuat dari kulit kerang. Selain, menjual kerajian dari kulit kerang, Tuminah juga menjual kerajinan tangan yang terbuat dari karang.
Diakui oleh Tuminah, kerajinan kulit kerang sudah ditekuninya sejak sembilan tahun yang lalu. Dari usaha dan bakat yang ada, ia mampu menciptakan kerajinan tangan yang indah.
"Semua yang mengerjakan kami sekeluarga saja. Tak ada orang lain," ujarnya, Sabtu (15/3) kemarin.
Memang diakui oleh Tuminah, saat ini kerajinan tangan buatannya masih sebatas dipasarkan secara lokal saja, yakni seputaran Pulau Penyengat. "Memang perlu tenaga lebih kalau nak dipasarkan keluar, selain itu saya juga belum punya mitra usaha di tempat lain," tuturnya.
Dikatakan olehnya, banyak para pengunjung yang apabila datang ke Pulau Penyengat tertarik dengan kerajinan miliknya. Pasalnya, kerajinan ditawarkannya cukup unik dan berbeda.
"Kalau banyak pengunjung yang datang, bisa lebih dari Rp300 ribu, tapi kalau sedikit, paling dapat Rp100 ribu," tuturnya.
Dijelaskan juga olehnya memang untuk membuat kerajinan yang akan dipasarkannya itu membutuhkan waktu yang tidakl sebentar.
"Untuk membuat kapal-kapalan, waktu yang dibutuhkan memang lebih singkat cuma butuh dua hari. Sedangkan untuk kerajinan bunga merak, dibutuhkan waktu satu minggu," ujar Tuminah.
Menurutnya, bahan baku untuk membuat kerajinan kerang itu memang tidak sulit didapatkannya. Biasanya ia mendapatkan kulit kerang dari Pulau Penyengat, dan juga dari pulau Karas, Tanjung Sebauk dan Pangkil.
Selain kerajinan kerang, Kota Gurindam juga terkenal dengan berbagai panganan khas Melayu. Seperti bilis gulung dan batang buruk. Semua jenis panganan tersebut biasanya bisa ditemui di toko-toko kue yang menjual panganan itu, salah satunya di Dapoer Melayoe yang terletak di Jalan Sultan Machmud Nomor 11, Tanjungpinang.
Sementara itu, untuk lebih mengembangkan kerajinan di Kota Tanjungpinang. Saat ini Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Kota Tanjungpinang sedang berusaha untuk mengembangkan kerajinan yang nantinya dapat menjadi ciri khas dari Kota Tanjungpinang.
"Memang kita akui, untuk saat ini belum ada kerajinan yang betul-betul bercirikan khas Kota Tanjungpinang," ujar Kepala Disparekraf Kota Tanjungpinang, Effiyar M Amin, Sabtu (15/3).
Untuk itulah, kata Effiyar saat ini pihaknya tengah berupaya mengembangkan jenis kerajinan dari bahan kaca untuk menghasilkan bentuk kerajinan yang benar-benar bercirikan khas Kota Tanjungpinang.
"Kita kemarin sudah melakukan pelatihan membuat kerajinan dari kaca yang berbentuk Masjid Penyengat," tuturnya.
Namun, lanjut Effiyar pihaknya masih sulit untuk menghasilkan kerajinan tersebut dalam skala besar. Karena lamanya masa produksi. Selain itu disampaikannya juga semangat para pengrajin di Kota Tanjungpinang ini masih terlalu mudah menyerah. Untuk itulah, Disparekraf Kota Tanjungpinang terus menggiatkan semangat kepada kewirausahaan untuk para pengrajin yang ada di Kota Tanjungpinang.***
Sumber haluankepri
Posting Komentar untuk "Dari Kerang hingga Kerajinan Kaca "